Selasa, 03 November 2015

Kereta dan Peluang-Peluang yang Dikejar

suasana di stasiun Tanah Abang pada suatu sore. Foto: Aprillia Ramadhina

Sudah 2 bulan saya pulang-pergi Tangerang-Tebet menggunakan kereta. Perjalanan yang melelahkan sekaligus menguatkan saya. Bagaimana tidak? Tergencet, terhimpit, sesak, tangan yang kesemutan, kaki yang lama berdiri dan lain sebagainya. Tapi ada banyak hal menarik yang bisa saya lihat dan rasakan semenjak menjadi penghuni kereta, salah satunya orang-orang yang berlari.

Saya jarang berlari ketinggalan kereta kalau berangkat, karena saya tahu jadwal jam kereta yang saya akan tumpangi. Tapi pernah saya salah perhitungan. Angkot saya yang saya naiki menuju stasiun berjalan sangat lambat, karena sering ngetem, membuat waktu saya mepet sekali naik kereta. Sebelum sampai tempat pemeriksaan kartu, kereta sudah berhenti. Sontak saya lari, melihat gerbong akhir sudah penuh sesak saya lari ke pintu berikutnya, eh penuh juga, di pintu berikutnya saya melihat celah sedikit dan saya yang mungil ini berhasil menyusup, hup!

Selang sepersekian detik pintu ditutup. Nafas saya ngos-ngosan, jantung berdetak kencang.
Menjadi pengguna KRL berarti kamu terlatih menjadi pelari cepat meski kamu jarang olahraga.
Sebegitunya pengguna kereta mahir dan lincah mencari peluang dan mengambilnya.
Sama halnya dengan tempat duduk, ketika ada yang jaraknya tampak renggang sedikit pasti nyempilin pantat, kadang nggak peduli pantatnya besar atau kecil.

Untuk naik kereta saja kita sekeras itu pada diri sendiri, cerdik dan lihai sekali melihat dan memanfaatkan kesempatan. Gesit dan lincah adalah dua hal yang wajib dipunya.
Pertanyaannnya, dalam mengejar mimpi apakah kita juga sudah segila itu?
Mengulangi lagi perasaan terhimpit, menguji ketabahan ketika kereta terlambat dan mengalami gangguan, menyeka peluh karena ac yang tidak terasa, berlari agar tidak ketinggalan.

Hanya untuk pergi ke tempat kerja dan pulang ke rumah.

Hanya untuk ganjaran yang tidak seberapa, kita nyatanya mampu sekuat dan sesabar itu

Kenapa nggak coba diterapkan untuk mimpi yang lebih besar lagi, mimpi yang lebih dari sekadar rutinitas menjemput rezeki. Mimpi yang lebih dari sekadar lari mengejar kereta agar tidak ketinggalan.

Mimpi yang membuatmu tidak perlu merasa tertinggal...


...dari dirimu sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar