Rabu, 15 Juli 2015

Mudik, Berpulang ke Dalam Diri Sendiri

Juli 15, 2015 0



Tell me your secrets
And ask me your questions
Oh, let's go back to the start
-“The Scientist”, Coldplay

Mau lebaran seperti ini, banyak orang yang mudik. Sejak kecil saya tidak pernah merasakan yang namanya mudik seperti versi orang-orang kebanyakan, pergi ke tempat yang jauh, melintasi kota, pulau dan semacamnya. Kakek saya (dari ayah) dulu sewaktu masih hidup tinggal di Bekasi, Nenek (dari ibu) tinggal di Pamulang.  Paling hanya ke dua tempat itu kalau lebaran, itupun sewaktu mereka masih hidup. Sekarang karena orangtua tinggal di Tangerang, mudik berarti berada di rumah.

Sudah setengah bulan saya tidak kost di Jakarta, saya pindahkan barang-barang semuanya ke Tangerang. Dan masih banyak yang belum saya bongkar karena saya harus membereskan barang-barang di rumah agar bisa memuat barang-barang pindahan saya.
Karena sedang berhalangan puasa saya punya energi banyak untuk membereskan rumah. Di atas lemari yang berdebu, saya membuang banyak hal yang tidak terpakai, mulai dari brosur-brosur entah apa, sampai tas yang sudah layak dibuang.

Dari bersih-bersih barang-barang tak terpakai itu tiba-tiba saya menemukan album foto orangtua saya dan beberapa berkas-berkas ketika mereka masih kuliah dan baru lulus dari jurusan Akuntansi Universitas Jayabaya. Ini beberapa hal yang mengejutkan saya:


1. Ibu saya, yang sejak kecil saya kenal sebagai ibu rumah tangga, ternyata menulis tugas akhir berjudul “Tinjauan terhadap Sistem Akuntansi Gaji dan Upah pada PT Jayamurni Sejahtera Jakarta” yang membahas sistem upah buruh, prosedur pembayaran upah, upah langsung dan tidak  langsung, serta perhitungannya. Saya memang tidak menemukan satu bentuk berkas yang utuh, hanya berbentuk outline. Kini ia memang sudah tua, dan sejak punya anak, ia memang tidak bekerja. Tapi saya salut, melihat ia pernah menulis tugas akhir semacam itu, ia bukan ibu rumah tangga biasa.

2. Saya menemukan surat keterangan dari SMA 8 Jakarta tempat ayah saya sekolah. Saya baru tahu bahwa ternyata ayah saya lahir di Cilamaya, selama ini saya pikir ia lahir di Jakarta. Maklum, ia meninggal sewaktu saya kelas 5 SD, dan saya tidak bertanya-tanya di kota apa dia lahir. Di surat itu tertulis bahwa kakek saya merupakan karyawan di IAT (Indonesia Air Transport). Saya baru tahu hari ini, karena ketika menjadi kakek, ia lebih banyak melukis. Itu yang membuat saya menjadi gemar menggambar sejak kecil. Sewaktu SMA, kakek yang punya ingatan kuat itu, masih ingat kalau saya senang menggambar. Ia selalu bilang, “Kamu masih suka gambar? Sering main ke rumah kakek, jangan hanya lebaran saja. Nanti kakek ajarin ngelukis.”
Tapi, nggak lama beliau meninggal. Sebelum saya sempat belajar melukis darinya.



3. Di album foto ayah-ibu ketika mereka masih pacaran, saya menemukan foto-foto mereka di pantai, di galeri dan di kampus, dengan baju ala-ala tempo dulu. Di situ saya melihat ayah saya senang bergaya di depan karya seni. Persis saya, anaknya.
like father, like daughter :)

kencan di galeri dan pantai, romantis banget yak bonyok gue :D


Semua hal yang saya sebutkan di atas, baru saya ketahui hari ini. Saya merasa seperti bercakap-cakap dengan ayah saya lagi. Ini lebaran ke-15 tanpa dia.
Selama ini saya berpikir keluarga adalah orang-orang yang nggak akan pergi kemana-mana, sejauh apapun saya berjalan. Sering atau tidaknya bertemu, kita tidak mungkin kehilangan. Bahkan ketika mereka tidak lagi hidup bersama kita.
Tapi, kadang kita nggak sadar, bahwa kita hanya mengenal keluarga kita dari permukaannya saja. Saya baru tahu nama perusahaan tempat kakek saya bekerja, saya baru tahu ayah saya lahir di Cilamaya, dan saya baru tahu judul tugas akhir ibu saya. Dan saya juga baru tahu ayah saya suka berpose di depan karya seni, karena saya lebih mengenal beliau sebagai akuntan di bank swasta selama belasan tahun dan aktivitas yang sering saya lihat; ia hanya di depan komputer.
Hari ini saya berada di rumah, tapi saya melakukan perjalanan kepulangan yang lebih jauh, lebih dalam.
Saya mudik seperti kalian. Saya mudik ke dalam diri saya dengan menelusuri jejak-jejak orangtua saya.
Mudik, membantu diri untuk mengenal keluarga lebih dekat lagi, dan memahami mereka lebih dalam. Bagaimana pun caranya.

Tell me your secrets
And ask me your questions
Oh, let's go back to the start

Meski ada banyak pertanyaan yang tidak bisa saya tanyakan pada mereka yang sudah tidak ada, setidaknya saya bisa menanyakan banyak hal kepada orang-orang di sekitar saya, terlebih, kepada diri saya sendiri.

Sedih memang, ketika memahami asal-usul hanya dari kepingan-kepingan ingatan yang terbatas dan dari sisa-sisa peninggalan yang tidak banyak.
Karena sejatinya warisan, ialah sebuah pemikiran.
Dan untuk menjadikannya dapat diteruskan, adalah dengan berupaya mengabadikannya.
Nobody said it was easy
No one ever said it would be so hard
I'm going back to the start

Saatnya pulang, dengan kembali ke awal.

Selamat Idul  Fitri bagi yang merayakan, selamat mudik, kemanapun tempat kalian hendak pulang.