Minggu, 08 April 2018

Menyelami Diri Jelang Usia 29 dengan Berkunjung ke 3 Taman di Tangerang


Saya tinggal di tangerang sejak kelas 1 SMP. Memang setelah lulus SMA, saya kuliah dan kost di Depok. Kemudian saya lebih banyak hidup dan bekerja di Jakarta. Tapi, Tangerang akan selalu jadi rumah saya. Sayangnya, saya tidak terlalu banyak tahu tentang kota yang selalu menjadi tempat pulang saya ini. Ada apa saja di sana? Apa yang istimewa?

Dalam rangka menuju usia 29 tahun yang jatuh tanggal 10 April 2018, saya melakukan perjalanan dalam kota. Saya memang ingin merayakan momen menuju pergantian usia dengan cara yang unik. Bukan ke luar kota, bukan ke tempat yang jauh. Tapi mengenal lebih dalam apa yang ada di dekat saya, di sekitar saya. Di kota tempat saya tumbuh menjadi remaja hingga dewasa. Kota yang sebenarnya adalah rumah dan tempat pulang, tapi lebih mirip seperti tempat singgah sementara.

Yang pertama menjadi tujuan saya adalah mencari taman yang ada di Tangerang. Kenapa? Karena saya ingin tahu, selain mall, apakah Tangerang punya taman yang bisa dibanggakan?

"Rebah" di Taman Potret



Dengan berbekal informasi di internet, perjalanan pertama saya dimulai dengan mengunjungi Taman Potret. Letaknya di samping TangCity Mall. Pertama menginjakkan kaki di sini, rasanya sejuk dan teduh. Ada banyak pohon yang rimbun dan tempat untuk duduk-duduk melepas lelah. Arina senang sekali karena ada perosotannya juga. Warga yang berkunjung juga tidak terlalu padat. Jadi masih bisa menikmati suasana.
Arina seneng banget main perosotan di Taman Potret



Di sini ada kandang besar yang berisi banyak burung. Ada banyak spot foto yang instagrammable, seperti instalasi rangkaian huruf “LOVE” berwarna pink, miniatur kapal layar di tengah taman, instalasi dua patung yang sedang naik sepeda, hingga patung penari berwarna merah yang menghiasi nama Taman Potret.


Yang paling enak lagi adalah tempat jajannya. Serasa nongkrong di kafe. Ada alunan musik, ada bangku dan meja kayu yang berpayung. Rasanya teduh dan nyaman sekali. Makanan yang dijajakan juga enak dan murah. Saya beli burger harganya Rp 5.500, kentang goreng Rp 7.000, dan es teh tarik hanya Rp 5.000. Dari taman menuju tempat jajannya dihubungkan jembatan merah yang juga sangat oke untuk background foto. Di bawah jembatan ada sungai yang membuat suasana semakin asri. Ah, saya betah berlama-lama di sini.
Burger enak cuma seharga Rp 5.500




Di sekitar saya juga banyak anak muda yang berkumpul dengan teman-temannya. Taman ini cocok untuk gathering komunitas atau sekadar nongkrong sama teman dan keluarga. Kalau baterai handphone habis juga nggak perlu khawatir karena kita bisa nge-charge ponsel di sini. Asyik, kan?

Colokan hape di Taman Potret


Musala untuk pria di Taman Potret


Toilet dan musala untuk perempuan di Taman Potret


"Mengunci" di Taman Kunci


Taman Kunci ini merupakan kependekan dari kupu-kupu dan kelinci. Ada banyak kelinci lucu di sana. Sayangnya tempatnya terkunci jadi hanya bisa melihat dari jauh. Ada kandang besar lagi yang juga terkunci, mungkin isinya kupu-kupu. Dari luar tidak terlalu terlihat. Taman ini letaknya berseberangan dengan Taman Potret. Di sini juga banyak bangku taman yang bisa digunakan untuk bersantai serta pusat charger yang bisa digunakan untuk mengisi daya ponsel. Sore mulai beranjak menuju malam, kami pun pulang dan berencana melihat sebentar Bird Park yang ada di depan SMK 3 Tangerang.

Kelinci-kelinci di Taman Kunci







"Terbenam" di Bird Park


Sayangnya karena terlalu sore mungkin, saat kami sampai di sana pintu masuk Bird Park, Taman Burung Perak sudah terkunci. Tapi, dari luar rumah-rumah burung yang berwarna-warni itu masih bisa terlihat. Beberapa dari mereka masih beterbangan. Adakah di dalam hati mereka, ini batas langit yang mereka rindukan?



Kalau kamu sedang traveling ke Tangerang dalam rangka berlibur atau perjalanan bisnis, kamu bisa nikmati wisata refleksi diri di taman-taman keren yang ada di kota ini. Taman-tamannya seru, adem, dan sejuk. Cocok untuk rehat sejenak, atau melarikan diri dari rutinitas yang menghimpit. Untuk pilihan hotel menginapnya, kamu bisa menyewa kamar hotel Airy Rooms.
 
Suasana kamar hotel Airy Eco Karawaci Taman Permata Millenium
Airy Rooms di Tangerang yang saya rekomendasikan adalah hotel Airy Eco Karawaci Taman Permata Millenium B5 10 dan Airy Karawaci Binong Raya Paragon Kavling 9. Untuk yang di Taman Permata Millenium, harganya mulai dari Rp 224.720, sedangkan yang di Binong Raya, harganya mulai dari Rp 301.680, terjangkau banget, kan?
Kolam renang di Airy Eco Karawaci Taman Permata Millenium

Meski harganya murah, semua hotel di Airy Rooms, terjamin kebersihannya, terutama kebersihan tempat tidurnya. Serunya lagi, dua hotel ini ada kolam renangnya! Kapan lagi, kan bisa nginep di hotel yang nyaman dengan harga murah dan ada kolam renang. Menginap di Airy Rooms juga selalu tersedia wifi gratis, televisi, AC, perlengkapan mandi dan air minum gratis. Untuk air hangat hanya tersedia di Airy Rooms yang tidak bertanda ECO.
 
Kolam renang di Airy Karawaci Binong Raya Paragon
Kapan aja kamu bisa tidur di kamar hotel yang nyaman dengan harga terjangkau di Airy Rooms. Airy menyediakan lebih dari 5.000 kamar di 72 kota di seluruh Indonesia. Selain itu Airy juga menawarkan tiket pesawat dengan harga yang murah untuk liburan maupun perjalanan bisnis. Pokoknya #KapanAjaBisa traveling dengan cepat dan mudah dengan Airy Rooms.

Kalau mau pesan kamar bisa lewat website airyrooms.com atau Airy App yang bisa di-install di Google Play Store atau App Store. Untuk Customer Care kamu bisa hubungi Airy melalui telepon di 0804 111 2479.

 
Memaknai Taman-Taman dalam Pikiran


Melihat tiga taman di Tangerang dan hewan-hewan di dalamnya, saya jadi bertanya, sebagai burung yang terbiasa berkelana mengencani awan, apakah mereka bahagia merumahkan diri di sebuah sarang yang berbatas? Sebagai kupu-kupu yang senantiasa menghidu sari dari bunga yang berganti-ganti, apakah mereka baik-baik saja hidup terkungkung sekat? Sebagai kelinci yang hobi melompat ke sana kemari, apakah berdiam diri menjadi pilihan bebas?
Pintu menuju kandang kelinci di Taman Kunci

Saya berkaca dengan apa yang belakangan ini saya alami. Saya kembali hidup lebih banyak di rumah, setelah berhenti bekerja satu tahun lalu karena melahirkan. Saya pulang ke tempat yang dulunya hanya singgah. Saya rebah tapi memilih tidak ingin berkarat. Saya menepi bukan terdampar. Menyelam ke dasar tapi bukan karam. Memperkuat akar, bukan berhenti tumbuh.

Saya bergerak dalam diam. Kandang bukan hanya tempat istirahat. Kandang bisa jadi laboratorium menggodok ide-ide yang penuh keliaran. Orang mungkin melihat saya tidak kemana-mana atau saya di situ-situ saja. Tapi laju pikiran, siapa yang sanggup menghentikannya?



Justru karena saya tidak kemana-mana saya jadi lebih leluasa menengok kecemasan terdalam saya. Merenungi sedalam-dalamnya apa hakikat hidup saya dan mengapa saya dilahirkan.


Seperti saya yang mencari taman di Tangerang. Begitu pula saya mencari kelapangan di dalam diri saya. Melihat apa yang tumbuh subur di sana. Apa yang sudah seharusnya dipangkas dan ditebang. Apakah banyak rumput liar? Benalu? Daun kering? Buah yang busuk?

Apa yang perlu saya rawat dan pelihara sebaik-baiknya? Mana yang perlu dikembangkan atau dipupuk ulang? Mana yang perlu ditanamkan lagi dan mana yang sebaiknya ditiadakan? Seberapa kuat saya mengakar?

29 tahun. Semoga semakin tua nanti saya tetap selalu merasa “hijau” agar tidak berhenti belajar. Semoga saya masih bisa menyisakan lahan untuk taman bermain di hati dan pikiran saya. Agar hidup tidak melulu tentang membangun beton-beton pencapaian. Tapi juga mencipta taman yang serap polusi pikiran dan jiwa. Hidup tidak selalu tentang berkelana, tapi juga menikmati hal-hal yang dekat dengan diri kita. Petualangan paling hebat pun, di masa depan hanya akan menjadi kenangan. Yang bisa kita lakukan adalah menciptakan kenangan terbaik setiap harinya.



Pada akhirnya, berdiam diri bukan berarti terpasung, dan tidak selamanya berkeliaran tandanya bebas. Kita perlu keduanya. Kita butuh terus berlari sekaligus memelankan laju kaki. Karena di antaranya kita jadi bisa mencipta ruang untuk jeda. Jeda yang membuat kita bisa berkaca berkali-kali. Pantulkan pertanyaan ini sampai menggema dan bising; seperti apa hidup yang sebenar-benarnya kita inginkan?


Salah satu instalasi di Taman Potret

Foto seluruh taman: Aprillia Ramadhina & dok. pribadi
Foto Airy Rooms: www.airyrooms.com

11 komentar:

  1. Jarang yang membahas ini deh kayaknya, baru liat. Kolamnya gede banget ya, anak saya pasti suka nih, tapi jauh banget ya di Tangerang...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku pengin banget bisa nginep di situ hehe

      Hapus
  2. Enak kalau banyak taman bagus kayak begini. Gak usah ajak anak nge-mall juga bakal senang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget. Liburan yang murah meriah. Semua happy hehe. Kebetulan saya juga seneng nongkrong di taman yang adem. Taman Potret asik juga buat ngetik-ngetik :D

      Hapus
  3. Ifen sama komennya Mas Hendra. Kok nggak pernah baca atau tahu liputan tentang taman ini ya? Btw, itu mushola khusus cewek asyik gitu ya yang di Taman Potret.

    BalasHapus
  4. mantap... salut sama energi mbak april.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku lebih salut sama energi Koh Ded yang gak abis abis haha

      Hapus
  5. Taman-tamannya bagus dan bersih banget :)
    Boleh juga idenya, ultah tapi nggak jalan jauh, tapi lebih eksplor sekitar hihihi. Sekalian staycation deh di Airy Rooms kalo dah capek jalan keliling taman dan kenyang jajan. Sekalian manjain diri mumpung lagi bday :D

    Cheers,
    Dee - heydeerahma.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dulunya taman-taman ini belum ada hehehhe

      Hapus