Rabu, 31 Januari 2018

ASUS VivoBook Pro 15 N580VD, Laptop Terbaik untuk Orang yang Saya Cintai

Januari 31, 2018




“Hon, Asus VivoBook Pro yang ini keren banget nih. Aku mau banget!”, kata suami saya sambil nonton video YouTube Raditya Dika. Oh ya, sebagai tambahan informasi yang nggak penting-penting amat, Hon yang menjadi kata sapaan di atas itu kependekan dari honey, ya, bukan pohon atau kata lainnya. Suami saya ini penonton setianya YouTube Radit. Dia sering banget impulsif beli sesuatu gara-gara abis nonton videonya Radit. Dia pernah beli martabak gara-gara Radit abis review martabak.

"Eh, ada lomba blognya nih, hadiahnya laptopnya yang di-unboxing Radit ini. Ikut lombanya, Hon keren banget ini laptopnya." Dia ngasih lihat video di mana Radit lagi bahas Asus VivoBook Pro bareng Pandu. Saya pun langsung nonton videonya sampai abis. Mendengar kata lomba blog saya selalu antusias. Apalagi Asus yang ngadain. Kebetulan saya juga suka banget sama brand ini. Saya bulan lalu baru beli handphone Asus Zenfone 4 Selfie, daaannn itu keren parah!

Kebetulan lagi saya hobi nulis dan ngeblog. Setahun belakangan saya pernah menang beberapa kali kompetisi blog. Bukan sekadar ngejar menang tapi ikut lomba adalah salah satu cara saya berkompetisi dengan diri saya sendiri. Sebagai pembuktian, bisakah saya mengalahkan kemalasan menulis? Bisakah saya menaklukan kebiasaan saya yang hobi menunda-nunda? Karena setiap lomba punya batas waktu dan punya kriteria. Ada kepuasaan tersendiri ketika saya merasa bisa menyesuaikan kriteria yang diinginkan juri dalam batas waktu yang ditentukan. Balasannya menjadi pemenang dan dapat hadiah adalah bonus di luar ekspektasi yang tentunya adalah nilai yang sebanding untuk sebuah kerja keras, bukan keberuntungan semata.

Balik lagi ke lomba blog Asus VivoBook Pro ini. “Temanya gampang, Hon, cuma ‘Kenapa VivoBook Pro?’. Nggak ribet, kan,?” kata suami saya sambil nyengir. Jadi, dia pengin saya ikutan lombanya. Kelakuannya emang mirip agen penulis. Nggak jauh beda lah ya sama Soleh Solihun di film Cinta Brontosaurus. Untungnya suami sendiri ini mah, hahaha.

Ya, nggak apa-apa sih. Karena nggak mungkin dia yang nulis blognya. Boro-boro nulis blog, nulis surat cinta buat saya aja nggak pernah. Lah jadi curhat. Dia mah bisanya ngelawak. Mukanya aja persis Arie Untung.

Tuh kan mirip! Anak kami pun mirip, haha. 


Oke fokus lagi. Jadi, karena cinta saya yang begitu besar ke suami (cahelah!) itulah saya mau ikutan. Saya tahu betul suami udah lamaaa banget pengin punya laptop baru. Laptop lama dia rusak, terus dijual. Sementara, saya dan dia ngejalanin bisnis penyedia jasa desain grafis, di mana suami saya inilah desainer grafisnya. Untuk mengerjakan pesanan desain, dia pakai netbook saya, yang jelas-jelas nggak mumpuni untuk mendesain. Sering netbook ini tiba-tiba nge-hang, nggak bisa diapa-apain. File desain yang lagi dikerjain dan belum disimpan itu tiba-tiba hilang begitu saja. Pedih, kan?

Ya, karena netbook memang akan keberatan kalau dipakai untuk mendesain. Kapabilitasnya nggak di situ. Ibarat kamu yang dibebani masa lalu yang berat, kamu gotong kemana pun kamu pergi, pasti bakal nge-hang juga, kan? (apa, deh?). Semacam beban hidup lebih berat dari pada kekuatan kaki kamu untuk menyangga dan menopangnya (tsahhh).

Sekarang keadaan netbooknya sudah semakin sangat menyedihkan. Keyboard-nya nggak berfungsi. Tulisan di layarnya no battery, dicolok ke listrik nggak bisa. Dibawa ke tukang reparasi, katanya bagian yang rusaknya banyak. Kalau dibenerin, harganya bisa seharga beli laptop baru, hiks. Alhasil diakalinlah biar saya tetap bisa akses data-data saya dan ngetik untuk urusan-urusan yang mendesak. Baterai laptop yang ditanam di dalamnya dikeluarin. Terus ngetik pakai mouse dan keyboard eksternal. Sambil selalu dicolok ke listrik. Persis kayak komputer zaman baheula.

Kalau peralatan tempurnya nggak bisa diajak kerja sama, bisa sepi klien dan bisa sepi orderan desain, dong. Sedih kan? Mana pendidikan anak tiap tahun makin mahal, belum lagi baju-bajunya yang baru berapa kali pakai, terus udah nggak muat dan harus beli baru lagi. Oke ini fix curhat emak-emak.

Berhubung dia yang kepingin banget laptop ini, langsung aja saya tanya, “Kenapa sih kamu mau banget punya laptop ASUS VivoBook Pro 15 N580VD ini?”
Dia pun ngejembrengin 8 alasan kenapa desainer grafis profesional andal harus punya laptop ini.

1. Performanya gokiiilll



Notebook ASUS VivoBook Pro N580VD ini ditenagai oleh prosesor Intel® Core™ generasi ke-7 i7-7700HQ serta dilengkapi dengan kapasitas memory RAM 8GB DDR4 yang 33% lebih cepat dari DDR3. Dijamin, kalau lagi seru-serunya ngerjain pesanan desain, laptopnya nggak akan ngelag, lemot, atau not responding. Prosesor tegangan standar ini memberikan kinerja 40% lebih baik daripada prosesor voltase ultralow Intel. Intinya, ini laptop tangguh banget, bahkan performanya 44% lebih maksimal dari VivoBook Pro sebelumnya. Laptop ini juga dilengkapi dengan sistem operasi Windows 10.

2. Layarnya gede dan warnanya tajam banget


Panel display-nya memiliki ukuran sebesar 15,6 inci. Puas banget untuk ngedesain kalau layarnya besar, mata rasanya lebih lega. Resolusi layarnya Full HD. Desainer itu kan makhluk yang sangat visual ya, beda hijau terong sama hijau telor asin aja dia bisa bedain (by the way, memangnya terong warnanya hijau? Itu bukannya mentimun? Telor asin bukannya biru ya?) Nah, laptop yang warna layarnya tajam ini cocok banget untuk penglihatan suami saya yang juga tajam, setajam mulut nitijen yang julid silet 

Panel FHD Asus VivoBook Pro juga dilengkapi dengan teknologi wide-view, 72% NTSC dan 100% sRGB dengan warna gamut. Warnanya lebih kaya dan lebih akurat. Laptop ini juga dilengkapi dengan graphics NVIDIA® GeForce® GTX 1050 yang sering digunakan dalam laptop gaming, membuat tampilan visual VivoBook Pro 15 N580 sangat jernih. Puas deh, kalau main game dan nonton film di laptop ini.

3. Touch pad-nya luas dan lebar

Selain lebih leluasa, touch pad nya juga sangat responsif untuk geser sana-sini. Jadi, nggak pakai tambahan mouse lagi pun, udah nyaman banget dipakai untuk ngerjain pesanan desain.

4. Speaker-nya jernih


Suami saya ini kalau ngedesain harus banget sambil dengerin musik. Dari mulai lagu-lagunya Banda Neira, Barasuara sampai Via Vallen dan Nella Kharisma juga didengerin sama dia. Kalau pakai laptop Asus VivoBook Pro 15 N580VD, nggak perlu lagi pakai speaker tambahan, karena suaranya udah enak banget. Perangkat audio di laptop ini dikembangkan bersama oleh Harman Kardon. Hasilnya, speaker yang kuat dengan ruang 8cc dan teknologi Smart Amplifier yang biarpun volumenya dimaksimalkan nggak akan terdengar cempreng, tapi justru jernih banget. Suara yang dihasilkan 320% lebih keras dari perangkat serupa, dengan rentang frekuensi lebih lebar. Puas deh dia makin bisa nyanyi keras-keras sambil dengerin, “Sayang… opo kowe krungu… jerit e ati kuuuu…”

5. Distraksi yang berfaedah itu bernama game

Sambil ngerjain pesanan desain, selain harus dengerin musik, suami saya ini hobi banget main game. Menurut dia ini salah satu cara mengatasi kebuntuan inspirasi dan menggenjot produktivitas serta mengusir kejenuhan. Tapi, bener sih, biasanya kalau abis main game, dia jadi lebih semangat lagi ngedesain. Asus VivoBook Pro 15 N580VD ini performanya oke bangetlah dipakai multitasking. Oke banget buat kerja sambil nge-game.

6. Kipasnya dua


Bikin desain logo, brosur, spanduk dan lain-lainnya itu nggak makan waktu yang sebentar. Dari mulai browsing untuk cari inspirasi, nonton YouTube, nge-game, dan ke toilet, tentunya pasti laptop akan nyala dalam waktu yang lama. Kadang dia bisa sampai ketiduran. Belum lagi kalau desainnya banyak revisian. Bisa sampai begadang ngerjainnya. Apalagi banyak klien yang proyeknya Roro Jonggrang alias kudu dikelarin dalam waktu semalam.

Laptop yang nyala terus-terusan biasanya cenderung cepet panas. Apalagi kalau dipakai untuk banyak keperluan. Nah, VivoBook Pro 15 N580 memiliki sistem pendinginan dual-fan cerdas dengan delapan pilihan kecepatan yang otomatis dan efektif menyesuaikan pendinginan maksimum dengan sedikit noise alias nggak berisik. Jadi, dijamin panas laptop bisa terusir dengan lebih efisien dan tenang. Kerjaan nggak akan keganggu sama suara kipas yang berisik.

7. Storage-nya gede


Kapasitas storage atau penyimpanannya juga besar. Asus VivoBook Pro 15 ini punya storage SSD 128GB dan HDD 1TB. Jadi, suami saya nggak perlu pakai hard disk eksternal lagi kalau punya laptop ini. Berhubung file desain itu besar-besar ya ukurannya.

8. Desainnya “ngangkat” penampilan


Desain laptop ASUS VivoBook Pro 15 N580VD terlihat elegan dan berkelas. Jadinya lebih pede kalau harus presentasi di depan klien. Berasa kekerenan nambah 99,998756477% kalau bawa laptop ini. Dengan dimensi ketebalan 19.2mm dan berat 2,2 kg, VivoBook Pro 15 adalah model tertipis dan ringan yang ditawarkan di seri VivoBook Pro.

Nggak perlu khawatir juga kalau misalnya baterainya habis. Pengisian baterainya termasuk cepat, lho. Bisa terisi 60% hanya dalam waktu 49 menit. Laptop ini juga dilengkapi Fingerprint Sensor atau sensor sidik jari untuk akses satu sentuhan dengan Windows Hello untuk pengamanannya. Untuk meng-unlock notebook ini cukup dengan meletakkan jari di pojok kanan atas touchpad. Karena sudah dilengkapi fitur Windows Hello, jadi nggak perlu lagi mengetik password untuk membuka pengaman. Keyboard-nya juga keyboard backlit, jadi ada cahaya dari belakang yang berpendar. Ini membantu ketika mengetik di tempat yang penerangannya minim.

Delapan alasan di atas membuat ASUS VivoBook Pro 15 N580VD menjadi laptop terbaik untuk orang yang saya cintai, yakni suami saya. Laptop ini akan sangat bermanfaat menunjang kinerja suami saya sebagai desainer grafis. Tapi, dengan segala keunggulan yang ditawarkan, laptop ini bisa menunjang kinerja kamu jadi lebih maksimal, apa pun profesi kamu. Karena setiap pekerjaan tentu butuh ditemani laptop yang luar biasa. 


Spesifikasi Asus VivoBook Pro 15 N580VD


*Foto laptop diambil dari website resmi Asus . Desain grafis oleh Arief Setiawan (suami tercinta) 

Rabu, 10 Januari 2018

Ayo, Dukung BPK Kawal Harta Negara!

Januari 10, 2018 24



Sebagai seorang ibu rumah tangga, saya bertugas mengurus keuangan keluarga, mulai dari pemasukan dan pengeluaran. Jangan sampai ada pemasukan yang tidak dilaporkan atau pengeluaran yang mencurigakan yang bisa membuat cash flow keluarga terguncang. Nah, untuk keluarga saja yang namanya persoalan keuangan bukan hanya perlu diatur tapi juga diperiksa dan diawasi, apalagi negara?

Kebayang nggak kalau harta negara ini nggak ada yang meriksa? Ya korupsi bisa merajalela di mana-mana. Kamu tahu nggak, siapa yang tugasnya meriksa keuangan negara? Yak, betul, jawabannya adalah BPK RI, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

Menurut Buku Saku 2017 Mengenal Lebih Dekat BPK, yang bisa diunduh di sini, BPK atau Badan Pemeriksa Keuangan memiliki tugas memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab tentang keuangan negara. Semua asal-usul dan besarnya penerimaan negara, dari manapun sumbernya itu diperiksa oleh BPK. BPK juga harus tahu tempat uang negara itu disimpan dan untuk apa uang negara itu digunakan. Jadi, jangan sampai ada penyelewengan yang bisa merugikan negara.

Sebelumnya, kita perlu pahami dulu ya, apa sih yang disebut sebagai Keuangan Negara itu sendiri. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Nah, kalau keuangan negara ini nggak ada yang meriksa, pastinya bakal amburadul gitu aja.

 
Akibatnya Kalau Nggak Ada yang Meriksa Keuangan Negara

Ya kacau balau. Orang-orang yang merasa punya kekuasaan bisa aja menyalahgunakan kekuasaannya tersebut. Apalagi yang berkaitan dengan uang, ya. Siapa aja bisa khilaf. Kalau para pengelola keuangan negara merasa nggak ada pihak yang mengontrol bagaimana uang tesebut digunakan, mungkin sekali terjadi penyimpangan penggunaan uang negara. Bisa-bisa akan semakin banyak praktik korupsi berjamaah atau pihak-pihak yang ingin memperkaya diri. Bahaya banget, kan?

Kalau segelintir pejabat hanya terus memperkaya diri dengan menghalalkan segala cara, bagaimana rakyat bisa sejahtera? Kekayaan negara sudah seharusnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Selain mencegah anggaran yang “bocor” dan mengalir ke pihak-pihak yang salah, lebih dari itu BPK juga diharapkan dapat menjaga transparansi dan akuntabilitas keuangan negara. Kalau keuangan negara dikelola secara bertanggungjawab, tentunya pembangunan nasional akan lebih merata dan perekonomian negara akan lebih sehat. 


Mengapa BPK harus Independen?




Jelas, dong, karena peran penting BPK Kawal Harta Negara, tentu dia sebagai lembaga negara harus independen. Independen ini dalam artian BPK harus bebas dari campur tangan pihak lain dan bekerja mandiri agar lebih bersih. Gawat, kan, kalau BPK disetir sama orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaan? Kalau udah nggak independen dan bersih, gimana masyarakat mau percaya sama BPK? Kalau udah kehilangan kepercayaan, lantas masyarakat mau percaya sama siapa lagi?

BPK yang bebas dan mandiri itu dituangkan dalam pernyataan amandemen UUD 1945, Pasal 23E yang ditetapkan pada 10 November 2001 yang berbunyi:
“Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri”.

Selain mandiri, BPK juga harus sejajar dengan presiden. Karena, kan BPK tugasnya memeriksa pengelolaan keuangan negara yang dijalankan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Jadi, bahkan presiden sekalipun nggak bisa mendikte atau campur tangan apalagi mengendalikan BPK. Dengan begitu ruang gerak BPK lebih leluasa dan optimal dalam melakukan pemeriksaan keuangan negara. BPK yang bebas dan mandiri ini sangat diperlukan dalam rangka upaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi serta nepotisme.

 
Transparansi Demi Tegaknya Good Governance


BPK yang independen dapat mewujudkan transparansi. Transparansi dan akuntabilitas keuangan negara adalah prasyarat penting untuk menegakkan good governance yang merupakan landasan utama bagi terciptanya demokrasi politik yang sesungguhnya.

Apa yang dimaksud transparansi? Menurut Wakil Ketua BPK 2011 – 2014, Hasan Bisri, yang dimaksud transparansi adalah suatu prinsip keterbukaan dalam mengelola sesuatu. Artinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan seluruh pihak berhak mengetahui bagaimana keuangan negara atau daerah itu digunakan. Sedangkan akuntabilitas merupakan suatu prinsip tentang pengelolaan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kenapa transparansi menjadi penting? Transparansi dan akuntabilitas keuangan negara memudahkan pemerintah untuk mengetahui setiap saat kondisi keuangannya sendiri agar dapat melakukan pengaturan perencanaan pendanaan pembangunan dan memonitor pelaksanaannya dengan baik. Ini dilakukan agar Indonesia terhindar dari krisis, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1998. Salah satu penyebab krisis terjadi adalah karena keuangan negara yang tidak terkontrol dengan baik. Transparansi dan akuntabilitas ini juga akan mendorong peningkatan kinerja BUMN dan BUMD sehingga mampu bersaing di pasar global.

Cara Kerja BPK


BPK akan mempelajari apakah setiap rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga negara, memang digunakan untuk program atau kegiatan yang sudah dianggarkan atau tidak. Pemeriksaan bisa dilakukan setelah proyek selesai namun juga bisa dilakukan saat proyek masih berjalan. Pada proyek pembangunan jalan atau gedung, misalnya, dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, mulai dari kenapa harus dibangun, untuk apa, apa manfaatnya, bersumber dana dari mana, berapa biayanya, bagaimana proses pengerjaannya, hingga kualitas bahan bangunan dan sebagainya. BPK juga menyelidiki apakah ada proyek-proyek fiktif yang sengaja diada-adakan untuk menggelembungkan dana.

BPK menuangkan hasil kerjanya dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK. LHP atas laporan keuangan pemerintah pusat, disebut LKPP, diserahkan kepada DPR dan DPD. LHP atas laporan keuangan pemerintah daerah, disebut LKPD, diserahkan kepada DPRD.

Setelah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD, hasil pemeriksaan dinyatakan terbuka untuk umum. Pada tahap ini, BPK dapat mengumumkannya kepada publik yang lebih luas, mulai dengan menyebarluaskannya di media yang dikelola oleh BPK sendiri (website atau publikasi tercetak), melalui siaran pers, serta melalui berbagai acara yang mempertemukan BPK dengan media dan publik luas.




Jika dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang. Instansi berwenang itu adalah pihak kepolisian, kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Laporan tersebut kemudian dapat dijadikan sebagai bahan awal untuk dasar penyelidikan atau penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang.

Akan tetapi, tidak selalu kerugian negara yang ditemukan dalam pemeriksaan BPK dikatakan sebagai tindakan korupsi. Bisa jadi juga karena kelalaian. Jika itu terjadi, BPK hanya meminta pihak terperiksa itu untuk mengganti kerugian tersebut, dengan membayar sejumlah kerugian yang harus ia kembalikan pada kas negara.

Mau tahu bukti kerjanya BPK? Semester pertama tahun 2017, BPK telah menyelamatkan keuangan negara senilai Rp13,70 triliun. Jumlah itu berasal dari penyerahan asset atau penyetoran ke kas negara, koreksi subsidi, dan koreksi cost recovery. Hal itu disebutkan oleh Ketua BPK, Moermahadi Soerja Djanegara, dalam acara penyerahan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2017 kepada Presiden Joko Widodo, di Istana Negara, Jakarta, pada bulan Oktober 2017. ( IHPS I Tahun 2017 dapat dilihat di sini )

Apa yang Bisa Masyarakat Lakukan untuk Membantu Tugas BPK?

Pertama, masyarakat harus mengenal tugas dan wewenang BPK. Dengan begitu masyarakat dapat membantu BPK menjalankan tugasnya.

“Peran aktif masyarakat dibutuhkan dalam membantu dan memberikan informasi tentang hal-hal yang menurut pandangan masyarakat kurang tepat dalam pengelolaan keuangan negara,” ujar Hasan Bisri, Wakil Ketua BPK 2011 – 2014 dalam acara Sosialisasi dengan tema Pemeriksaan BPK Mengawal Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara di Gedung Kartini, Bantaeng, Sulawesi Selatan, 5 April 2013. 

Masyarakat bisa, lho melaporkan atau melakukan pengaduan secara online jika menduga adanya praktik penyelewengan APBN atau APBD. Untuk menyampaikan pengaduannya masyarakat perlu melengkapinya dengan bukti dan data terkait penyimpangan tersebut.

Image: Aprillia Ramadhina

Berikut ini tahapan yang harus dilakukan jika masyarakat ingin melapor seperti dilansir dari website BPK bagian Pengaduan Masyarakat:

1. Menguraikan kejadiannya

Uraikan sedetail mungkin kejadian yang dicurigai sebagai bentuk penyimpangan pengelolaan keuangan negara atau daerah. Uraian ini dijabarkan berdasarkan fakta dan kejadian nyata, bukan berdasarkan perasaan kebencian, permusuhan atau fitnah. Uraikan secara jelas, tentang apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana kejadian yang dilaporkan.

2. Memilih pasal-pasal yang sesuai

Laporkan kejadian dengan menyocokkan pasal-pasal yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (dapat lebih dari satu pasal). Informasi mengenai peraturan perundang-undangan dapat pengadu lihat dalam website Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK [www.jdih.bpk.go.id]

3. Menyertakan bukti awal (bila ada)

Simpan dengan baik bukti dalam bentuk apa pun untuk memperkuat uraian kejadian yang dilaporkan. Sertakan bukti tersebut dalam pengaduan yang disampaikan.

4. Menyertakan identitas pengadu (bila tidak keberatan)

Identitas serta alamat dan nomor telepon yang disertakan oleh pengadu akan memudahkan BPK dalam memproses aduan. Terutama jika BPK masih membutuhkan keterangan tambahan.

Persyaratan Pengaduan Masyarakat

Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Warga Negara Indonesia (WNI)
2. Mengisi formulir pengaduan masyarakat
3. Melampirkan fotokopi identitas diri yang masih berlaku (KTP/SIM/ID Card)
4. Dapat menjelaskan siapa, apa, bilamana, dimana dan bagaimana kejadian yang dilaporkan (kronologis aduan)
5. Melampirkan bukti awal aduan, seperti: fotokopi dokumen, foto atau barang lain yang dapat memperkuat uraian aduan yang disampaikan.

Formulir Pengaduan Masyarakat Online [klik]


Nah, sudah tahu, kan apa tugas dan peran BPK dalam mengawal harta negara? Ayo, kita sebagai masyarakat dukung BPK untuk bisa mewujudkan pemerintahan yang lebih bersih dan bebas dari korupsi, kolusi serta nepotisme. Dengan begitu kekayaan negara bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. 

Oh ya, BPK tahun ini juga berulang tahun ke-71, lho! Tepatnya tanggal 1 Januari kemarin. Semoga BPK semakin berjaya di usia barunya dan terus meningkatkan kinerjanya di tahun-tahun mendatang, demi Indonesia yang lebih sejahtera. Amin!

Ikuti juga media sosial BPK RI supaya kamu bisa kenal lebih dekat. Kata peribahasa kan "tak kenal maka tak sayang", bukan begitu?
- Instagram: @bpkriofficial
- Twitter: @bpkri
- Facebook fanpage: @humasbpkri.official 


Referensi:
- Buku Saku 2017 Mengenal Lebih Dekat BPK
- http://www.bpk.go.id/news/1-pemeriksaan-bpk-mengawal-transparansi-dan-akuntabilitas-keuangan-negara
- http://www.bpk.go.id/news/bpk-selamatkan-keuangan-negara-senilai-rp1370-triliun-pada-semester-i-tahun-2017
- http://www.bpk.go.id/page/pengaduan-masyarakat

Foto: Ilustrasi di Buku Saku 2017 Mengenal Lebih Dekat BPK
Modifikasi feature image: Aprillia Ramadhina

Kamis, 04 Januari 2018

2017, Tahun Berkompetisi yang Luar Biasa

Januari 04, 2018 22

Tahun 2017 jadi tahun berkompetisi yang sangat sangat luar biasa bagi saya. Saya banyak banget “ngegas” di tahun ini, walaupun tetap dalam prinsip hidup yang let it flow and it will glow. Apa aja yang luar biasa itu?

2017 awal sampai menuju akhir nggak ada yang terlalu saya inget. Karena banyak pahitnya. Pahit yang nggak perlulah diceritain lengkap dan detail, hahaha. Intinya sangat fluktuatif, terutama dari segi finansial. Dan ini semoga tidak terjadi lagi di tahun 2018. Amin.

Ada beberapa lomba yang saya menangkan di tahun ini. Ada bulan di mana saya juga nggak ikut lomba sama sekali, karena nggak ada yang menarik dan membuat saya merasa tertantang. Untuk ikut sebuah lomba saya ini termasuk yang penuh pertimbangan dan pemilih (gaya banget, ya?). Iya, jadi nggak sembarangan ikut lomba yang penting tujuannya menang. Nggak gitu juga. Kalau saya pikir tulisan saya untuk lomba itu nggak ada manfaat ya  buat apa. Saya sangat selektif ikut lomba mulai dari mempertimbangkan hal-hal seperti:

1. Siapa penyelenggara dan jurinya. Ini yang paling utama. Kalau penyelenggaranya belum pernah saya dengar sama sekali, biasanya saya berpikir banyak-banyaklah untuk ikutan. Track record penyelenggara atau brand yang ngadain lomba itu jadi yang utama untuk saya memutuskan apakah akan ikut lombanya atau nggak. Karena itu berkaitan dengan branding saya pribadi juga. Jurinya juga penting. Kayaknya bangga aja gitu kalau karya kita dinilai sama juri yang kredibel dan keren.

2. Tema. Ini juga nggak kalah penting. Kalau temanya njelimet, nggak jelas, dan sekiranya nggak sesuai sama blog saya, saya juga nggak akan ikutan. Kalau temanya juga saya nggak paham, saya nggak akan maksain diri untuk ikutan. Paling nggak saya pilih yang memang saya suka dan sesuai dengan kemampuan saya. Karena kalau sayanya aja nggak paham gimana juga bikin yang baca bisa paham sama apa yang saya tulis? Kalau emang saya merasa nggak mampu, yaudah, nggak maksain diri juga ikutan. Tahu batas kemampuan diri sendirilah.

3. Ada manfaatnya nggak kalau saya tulis? Nulis itu butuh usaha. Dari tenaga, waktu, listrik untuk ngecharge laptop dan nyalain wi-fi, perlu bayar internet. Ya kali kalau nulis yang nggak ada faedahnya kayaknya gimana gitu.

4. Hadiahnya. Nggak munafiklah namanya ikut lomba ya karena ada hadiahnya. Hadiahnya kece nggak? Pemenangnya banyak nggak? Kalau hadiahnya untuk banyak pemenang kan berarti peluang menangnya juga gede, ya nggak? Hahahha. Tapi hadiah ini sih faktor ke sekianlah ya. Kalau yang ngadain brand-nya keren, temanya bagus, bisa ikutan aja udah seneng kok, beneran.

5. Saya ngerasa relate, nggak? Nah ini juga penting. Kalau penyelenggara keren, hadiah oke, tema bagus, tapi saya nggak relate ya ngapain? Nyusah-nyusahin diri. Kalau udah ngerasa relate, jadi nulisnya bener-bener pakek rasa gitu. Karena kalau nggak pakai rasa akan kerasa juga, kok. (Apa deh?)

Anyway, back to topic. Di penghujung 2017, tepatnya di bulan Desember 2017 saya menang dua lomba berturut-turut yang bahkan pengumumannya pemenangnya cuma selisih beberapa hari. Dan itu juara satu saudara-saudara. Ini bakalan saya inget terus. Secara sebelumnya saya nggak pernah menang juara satu untuk lomba. Biasanya jadi juara harapan, pemenang favorit, atau pemenang hiburan. Lomba itu adalah Jakarta On Social Media Competition yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta dan Lomba Blog Jakarta Biennale 2017. Dari hadiah lomba itu saya bersyukur banget bisa beli hape baru Asus Zenfone 4 Selfie, kacamata O.W.L dan mesin cuci buat nyokap. Hihihi. Alhamdulillah banget, ya.


Selain ikutan lomba saya juga sambil kerja jadi website content writer untuk dua brand kesehatan, Konilife dari Konimex dan Aloclair Plus sejak Juli 2017. Saya juga beberapa kali nulis press release untuk acara Pekan Kerajinan Jawa Barat, Hijab Festive Week, dan beberapa acara lainnya. Meon Design juga lumayan lah orderannya, banyak yang repeat order juga. Intinya 2017 luar biasa, biar pun up and down-nya berasa tajem banget kayak naik jet coaster. Oh, ya Desember 2017 juga saya berhasil menyelesaikan satu naskah novel dan mengirimkannya ke penerbit. Sebuah pencapaian, akhirnya bisa kelarin novel. Semoga berjodoh dengan penerbitnya, ya!

Semoga 2018 bisa lebih luar biasa. Kalau pun ada down-nya semoga tetap bisa survive, dan kalau pun banyak up-nya, semoga bisa selalu down to earth dan low profile, aheeyy. Kalau bisa juga 2018 pengin agak lebih woles, pengen rehat, leyeh-leyeh. Capek juga "ngegas" di tahun kemarin. Semoga bisa lebih stabil. Penginnya sih ngantoran lagi aja, biar nggak keseringan bertarung di kompetisi. Amin!